Sebuah Keinsyafan

Posted by DIAZ Saturday, March 2, 2013 0 comments
Pada akhir tahun 1980-an , ada seorang yang jahat bernama Dawir. Dia adalah seorang yang cerdas, tapi sayang, dia menggunakan kecerdasannya itu untuk mencuri. Mencuri adalah nafkah baginya. Karena kepintarannya, aktivitas ini tidak pernah terungkap oleh pihak berwajib. Dan saat ini, hidup dawir sudah ‘berkecukupan’ dari penghasilannya mencuri dan berjudi.

Suatu hari, saat dia berkeliling mencari mangsa, teman seperjuangannya’ memberi kabar.

“Aku punya berita besar, sebuah keluarga baru aja menjual tanahnya dan laku ratusan juta rupiah. Dan mereka adalah sepasang kakek-nenek, aku tahu betul dimana rumah mereka.”

“Aha!” Dawir Tertawa, “Sasaran empuk nih..”

“Tetapi anjing mereka besar dan buas.. hati-hati !” Temannya menyahut.

Dengan Pe-De, ia menjawab, “Memang Kenapa? anjing hanya hewan bodoh, pasti mudah ditipu! Jangan remehkan kemampuanku.”

Malam itu juga, dengan membawa peralatannya, Dawir langsung menuju rumah sepasang orang tua itu. Ketika tiba di sana, Ia melihat sebuah lampu minyak besar tergantung tinggi di gerbang rumahnya.

Dengan mulai mengendap-endap didepan gerbang rumah itu. Tiba-tiba terdengar suara anjing menyalak. dengan sigap melempar sepotong daging ke arah anjing itu. Daging itu sudah dibubuhi banyak ramuan racun mematikan. Maka mudah ditebak, dalam jangka waktu kurang dari satu menit, anjing itu tergeletak – mati. ia pun sekarang dapat dengan leluasa memasuki pekarangan rumah orang tua itu.

Dengan mengendap-endap memasuki pintu samping rumah yang tidak terkunci lalu menuju kamar tempat uang-uang itu disimpan di bawah bantal. “Ini mudah sekali.” dawir berpikir, “Mereka punya begitu banyak uang, tetapi tidak menyimpannya dalam sebuah kotak brankas.”

Kemudian suara sayup2 terdengar suara-suara dari ruang sebelah. Ternyata, wanita tua pemilik rumah itu sedang bercakap-cakap dengan suaminya. dawir diam di tempatnya dan mendengarkan dengan baik – untuk memastikan kedua orang itu tidak tahu kehadirannya.

“Pak, bukankah lebih baik jika kita menggunakan uang itu untuk menyewa pembantu ? kita sudah tua dan buta, kita butuh orang yang bisa merawat kita.” Wanita tua itu berbicara.

Dawir terkejut. Jika mereka buta, mengapa mereka meletakkan lampu besar di depan pintu gerbang mereka ?

“Oh, ya, sayangku, kamu benar, tetapi dari mana kita bisa mendapatkan uang untuk membayar pembantu ?” jawab si lelaki tua.

“Bukankah kita baru saja mendapatkan uang dari hasil penjualan tanah kita. Mengapa tidak kita gunakan saja ?” sang wanita tua berkata.

“Apa kamu lupa ? Jawab lelaki tua itu. “Bukankah kita telah memutuskan untuk menyumbangkan uang itu untuk membangun panti asuhan ?”
Mendengar percakapan itu, dawir mulai merasa tidak nyaman,

“Oh, ya.. betapa pelupanya aku. Lagian kita masih bisa menghemat uang. Dengan tidak membeli minyak untuk lampu depan – dan kita masih bisa menjual anjing kita si Ding-Ding. Anjing itu sudah tua dan mulai senewen.” Kata wanita tua itu.

“Jangan kau lakukan itu !” sergah lelaki tua. “Kita harus menerangi orang-orang yang lewat. Jalan itu gelap, dan orang-orang tidak bisa berjalan dalam gelap. Dan jika si Ding-Ding ada di sini, maka orang-orang tidak perlu khawatir ada penjahat atau pencuri ketika mereka melewati rumah ini.”

“Kamu benar,” kata wanita tua itu “Sayang anak-anak kita sudah mulai jarang ke sini, tapi kita masih bisa bekerja, kita masih memiliki setumpuk pandan kering yang kita anyam menjadi tikar. Lalu kita bisa menjualnya.”

Dengan perasaan yang berkecamuk ia urungkan niat untuk mencuri, Saat menyelinap keluar dengan perlahan. Kemudian, sambil duduk di depan gerbang, Dawir mulai menangis tersedu dan airmata yang mengalir deras seiring perasaan bersalah dan hati yang berkecamuk suatu perasaan yang tidak pernah ia dapatkan sekian puluh tahun ia mencuri, bahkan rekan2nya menjulukinya RAJA TEGA. Dirinya sendiri adalah seorang anak yatim piatu. Dia dulu diasuh oleh seorang ayah tiri yang jahat – dan sebuah keluarga yang hanya memperlakukannya seperti pembantu, akhirnya minggat dan mulai hidup di jalan dengan berbagai kejahatan yang ia lakukan,

Pagi berikutnya, ada tiga benda yang ditinggalkan dawir di depan rumah pasangan orang tua itu. Seekor anjing herder yang masih kecil dan diikatkannya di tiang dekat pintu rumah, setumpuk uang, dan sebuah brankas besi lengkap dengan kuncinya untuk menyimpan uang.

Semenjak itu, tak ada lagi yang melihat Dawir. Dia lenyap begitu saja. Ada yang mengatakan kalau ia menjadi santri di sebuah pondok pesantren di lereng gunung, dan ada pula yang mengatakan bahwa dia sudah menjadi pengusaha sukses yang sangat dermawan.

Bagaimanapun juga, beberapa tahun sesudah peristiwa itu, mulai berdiri Panti Asuhan dan Rumah Jompo yang dibangun atas nama Al Hidayah – dan orang2 tahu kalau penyandang dana utamanya adalah Dawir.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Sebuah Keinsyafan
Ditulis oleh DIAZ
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://wildanwiltord21.blogspot.com/2013/03/sebuah-keinsyafan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 comments:

Post a Comment

Berkomentarlah sebagai pengunjung yang baik. Boleh berkritik, tetapi dengan kata yang baik. Boleh memberi saran, dengan kata-kata yang menyejukkan :-)

Tutorial SEO dan Blog support Cikaha Fashion Store - Original design by Weeldan | Copyright of Blogging Yuuk!!.

Followers