Kisah Pak Haji Yang Tidak Mau Pisah Dengan Harta Bendanya, Bahkan Sampai Dia Meninggal Dunia

Posted by DIAZ Wednesday, November 4, 2015 0 comments

H. Usman
Seorang pengusaha dengan penghasilan-nya yang pas-pasan dikenal sebagai orang yg dermawan dikalangan sahabat dan teman2 nya
Beliau emang dikenal atas kedermawanannya, seakan harta telah begitu tak berharga baginya. Seakan dunia telah begitu hina di matanya.
Ringan baginya membuka kotak persediaan, mudah baginya menengok kantong simpanan dan tanpa beban dia dalam mengulur bantuan.
Inilah mungkin sosok nyata orang yang mampu menempatkan dunia di tangannya dan akhirat di hatinya.
Maka beberapa orang pengusaha muda yang bersemangat dalam berbisnis mendatangi beliau.
“Ajarkan pada kami, Ji,” kata mereka.
“Bagaimana caranya agar kami seperti haji Usman. Bisa tidak mencintai harta dan tidak sayang pada kekayaan... hingga seperti haji Usman, bersedekah terasa ringan.”
“Waduh.....,” sahut Haji Usman sambil tertawa, “Kalian salah alamat!”
“Lho kok ?” tanya mereka keheranan.
“Lah iya. Kalian datang pada orang yang salah. Justru saya ini SANGAT MENCINTAI HARTA SAYA. Saya ini sangat mencintai kekayaan saya”
“Lho kok ?” mereka bertambah heran.
“Kok lho..... Lah sebab saking cinta dan sayangnya saya pada harta, SAMPAI-SAMPAI SAYA TIDAK RELA MENINGGALKAN HARTA SAYA DI DUNIA INI. Saya itu TIDAK MAU BERPISAH dengan kekayaan saya. Makanya sementara ini saya titip-titipkan dulu.
TITIP pada Masjid, TITIP pada anak yatim, TITIP pada Madrasah, TITIP pada Pesantren, TITIP pada Umroh, TITIP
pada Haji, TITIP pada Ustadz Kyai, TITIP pada kambing (kurban), TITIP pada sapi, TITIP kpada para pejuang fii sabilillah. Dan lainnya.
Alhamdulillah ada yang berkenan dititipi, saya senang sekali. Alhamdulillah ada yang sudi diamanati, saya bahagia sekali.
Pokoknya DI AKHIRAT NANTI, MAU SAYA AMBIL LAGI. Saya ingin kekayaan saya itu dapat saya nikmati berlipat-lipat ganda di akherat krn saya yakin Allah ga pernah ingkar janji..
semoga menjadi bahan renungan buat kita semua amin.

Baca Selengkapnya ....

Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim

Posted by DIAZ Tuesday, October 27, 2015 0 comments

Perbanyaklah Zikir Membaca “Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim” ...

“Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim”, Artinya “Maha Suci Allah dengan segala puji bagi-Nya, Maha Suci Allah yang Maha Agung.”

Zikir dengan menggunakan lafal “Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim” merupakan salah satu kalimat yang banyak dianjurkan di dalam hadits-hadits Nabi saw, antara lain sebagai berikut:

1. Rasulullah Saw bersabda : “Dua kalimat yang ringan diucapkan lidah, berat dalam timbangan, dan disukai oleh (Allah) Yang Maha Pengasih, yaitu kalimat subhanallah wabihamdihi, subhanallahil ‘Azhim (Mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya, Mahasuci Allah Yang Maha Agung).” (HR Bukhari 7/168 dan Muslim 4/2072);

2. Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya sebaik-baik ucapan kepada Allah SWT adalah kalimat subhanallah wa bihamdihi.” (HR Muslim dan Tirmidzi).

3. Diriwayatkan dari Abi Dzar. Rasulullah pernah ditanya, “Perkataan apa yang paling utama?” Beliau menjawab, “Yang dipilih oleh Allah bagi para malaikat dan hamba-hamba-Nya, yaitu subhanallah wabihamdihi (Mahasuci Allah dengan segala puji bagi-Nya).” (HR Muslim).

4. Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa mengucapkan subhanallah wabihamdihi seratus kali dalam sehari, ia akan diampuni segala dosanya sekalipun dosanya itu sebanyak buih di laut.” (HR Muslim dan Tirmidzi)

5. Ibnu Umar ra meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw berkata kepada para sahabatnya, “Ucapkanlah subhanallah wa bihamdihi sebanyak seratus kali. Barangsiapa mengucapkannya satu kali maka tertulis baginya sepuluh kebaikan, barangsiapa mengucapkannya sepuluh kali maka tertulis baginya seratus kebaikan, barangsiapa mengucapkannya seratus kali maka tertulis baginya seribu kebaikan, barangsiapa menambahnya maka Allah pun akan menambahnya, dan barangsiapa memohon ampun, niscaya Allah akan mengampuninya.”

6. Dalam kitab “Syarhul Washiyah” diterangkan sebuah hadits mengenai keutamaan dzikir subhanallah wa bihamdihi. Dikatakan bahwa kalimat subhanallah wa bihamdihi adalah kalimat yang sangat dicintai Allah swt dan merupakan kalimat yang paling utama dari kalimat-kalimat lainnya. 

Barangsiapa mengucapkannya maka akan tertulis baginya kebaikan yang banyak dan Allah akan menghapus dosa orang yang mengucapkannya walau dosa orang tersebut lebih banyak daripada buih yang ada di lautan.

7. Dalam musnad Imam Ahmad diceritakan bahwa ketika menjelang ajal Rasulullah saw, Beliau memanggil putrinya dan berkata, “Aku perintahkan engkau agar selalu mengucapkan subhanallah wa bihamdihi, karena kalimat tersebut merupakan doa seluruh makhluk dan dengan kalimat itulah semua makhluk mendapat limpahan rezeki.”

8. Abu Dzar berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw amal apakah yang paling dicintai Allah swt. Beliau menjawab, ‘Yang telah dipilih Allah untuk para Malaikat-Nya, yaitu subhanallah wa bihamdihi subhanallahil adzim.”

9. Diriwayatkan dalam “Shahih Bukhari” bahwa suatu ketika datang seorang lelaki mengeluhkan keadaannya kepada Rasulullah saw. Ia berkata, “Dunia ini telah berpaling dariku dan yang telah kuperoleh dari tanganku sangatlah sedikit.” Rasulullah saw bertanya kepadanya, “Apakah engkau tidak pernah membaca doanya para Malaikat dan tasbihnya seluruh makhluk yang dengan itu mereka mendapat limpahan rezeki?” Lelaki itu bertanya, “Doa apakah itu wahai Rasulullah?”

Rasulullah saw menjawab, “Subhanallah wa bihamdihi subhanallahil adzim, dan beristighfarlah kepada Allah sebanyak seratus kali diantara waktu terbitnya fajar hingga menjelang waktu shalatmu, dengan itu dunia akan tunduk dan merangkak mendatangimu, dan Allah menciptakan dari setiap kalimat tersebut Malaikat yang selalu bertasbih kepada Allah hingga hari kiamat dan untukmu pahalanya.”

10. Dalam hadit riwayat Imam Muslim, zikir dengan ucapan lafal “ Subhanallahi wa bihamdihi ‘adada khalqihi,wa ridhaka nafsihi, wa ziinata ‘Arsyihi, wa midada kalimatihi’(Maha Suci Allah dan segala puji bagiNya sebanyak bilangan makhlukNya, dan sebesar ridha diriNya, dan seberat ‘Arasy-Nya,dan sebanyak hitungan kalimatNya).’ (Hadis riwayat Muslim)

Saudaraku...

Hadits-hadits di atas sudah cukup menunjukkan bobot yang dimiliki dalam kalimat “Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim” . Sebuah kalimat yang mudah untuk diucapkan maupun dihafal. Bahkan, bagi seorang muslim yang buta huruf juga sangat mudah untuk dipelajari. 

Tidak menutup kemungkinan bahwa Allah ingin mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya yang ikhlas beribadah kepada-Nya untuk dapat melakukan ibadah walaupun dengan kalimat yang ringan dan mudah untuk diucapkan. 

Kalimat “Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim” merupakan kalimat yang penuh manfaat. Kandungan hikmah yang terdapat dalam lafal tersebut jika dibandingkan dengan apa pun tidak akan dapat tertandingi.

NB: Gambar pada postingan ini telah disesuaikan dengan desktop 1366x768 px, silahkan disimpan :-)

Baca Selengkapnya ....

Dosen JIL sama Mahasiswa Muslim

Posted by DIAZ Thursday, July 23, 2015 0 comments


�DOSEN JIL Mahasiswa📌DOSEN : "Saya bingung, banyak Umat Islam diseluruh dunia lebay..Kenapa harus protes dan demo besar-besaran cuma karena tentara amerika menginjak, meludahi dan mengencingi Al-Quran?Wong yang dibakar kan cuma kertas, cuma media tempat Quran ditulis saja kok...Yang Quran nya kan ada di Lauh Mahfuzh. Dasar ndeso. Saya kira banyak muslim yang mesti dicerdaskan.
"😈😈😈Meskipun pongah namun banyak mahasiswa yang setuju dengan pendapat dosen liberal ini.Memang Quran kan hakikatnya ada di Lauh Mahfuz.
Tak lama sebuah langkah kaki memecah kesunyian kelas. Sang mahasiswa kreatif mendekati dosen kemudian mengambil diktat kuliah si dosen, dan membaca sedikit sambil sesekali menatap tajam si dosen.
😐😐😐Kelas makin hening, para mahasiswa tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.😶😶😶MAHASISWA : "Wah, saya sangat terkesan dengan hasil analisa bapak yg ada disini."ujarnya sambil membolak balik halaman diktat tersebut.
😕😕😕"Hhuuh­hh...." semua orang di kelas itu lega karena mengira adayang tidak beres.
Namun Tiba-tiba sang mahasiswa meludahi, menghempaskan dan kemudian menginjak-injak diktat dosen tsb.Kelas menjadi heboh. Semua orang kaget, tak terkecuali si dosen liberal.DOSEN : "kamu?! Berani melecehkan saya?! Kamu tahu apa yang kamu lakukan?! Kamu menghina karya ilmiah hasil pemikiran saya?! Lancang kamu ya?!"
Si dosen melayangkan tangannya ke arah kepala sang mahasiswa kreatif, namun ia dengan cekatan menangkis dan menangkap tangan si dosen.
MAHASISWA : "Marah ya pak? Saya kan cuma nginjak kertas pak.Ilmu dan pikiran yang bapak punya kan ada di kepala bapak. bapak marah yang saya injak cuma media kok. Wong yang saya injak bukan kepala bapak. Kayaknya bapak yang perlu dicerdaskan ya??
DOSEN : "#%&/&%@%&*/­ (#@@##???.." (speechless)Si dosen merapikan pakaiannya dan segera meninggalkan kelas dengan perasaan malu yang amat sangat.

TOLONG di Share, jgn diabaikancopas grup sebelah


Baca Selengkapnya ....

Al-Qur'an Kecil dan Sang Jendral

Posted by DIAZ Wednesday, April 22, 2015 0 comments
Suatu sore, di tahun 1525. Penjara tempat tahanan orang-orang di situ terasa hening mencengkam. Jendral Adolf Roberto, pemimpin penjara yang terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan.
Setiap sipir penjara membungkukkan badannya rendah-rendah ketika 'algojo penjara' itu berlalu di hadapan mereka. Karena kalau tidak, sepatu 'jenggel' milik tuan Roberto yang fanatik .. itu akan mendarat di wajah mereka.
Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar seseorang mengumandangkan suara-suara Ayat Suci yang amat ia benci.
"Hai ... hentikan suara jelekmu! Hentikan ...!!!" Teriak Roberto sekeras-kerasnya sembari membelalakkan mata.
Namun apa yang terjadi? Laki-laki di kamar tahanan tadi tetap saja bersenandung dengan khusyu'nya. Roberto bertambah berang. Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yang luasnya tak lebih sekadar cukup untuk satu orang.
Dengan congak ia menyemburkan ludahnya ke wajah renta sang tahanan yang keriput hanya tinggal tulang. Tak puas sampai di situ, ia lalu menyulut wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dengan rokoknya yang menyala.
Sungguh ajaib... Tak terdengar secuil pun keluh kesakitan. Bibir yang pucat kering milik sang tahanan amat gengsi untuk meneriakkan kata kepatuhan kepada sang Algojo, bibir keringnya hanya berkata lirih "Rabbi, wa-ana 'abduka ...".
Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata,
"Bersabarlah wahai ustadz ... Insya Allah tempatmu di Syurga".
Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustadz oleh sesama tahanan, 'algojo penjara' itu bertambah memuncak amarahnya.
Ia perintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-keras hingga terjerembab di lantai.
"Hai orang tua busuk!! Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa jelekmu itu?! Aku tidak suka apa-apa yang berhubung dengan agamamu!!
Sang Ustadz lalu berucap, "Sungguh ... aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah Subhanahu wa ta'ala.. Karena kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemuiNya, patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk? Jika aku turuti kemauanmu, tentu aku termasuk manusia yang amat bodoh".
Baru saja kata-kata itu terhenti, sepatu laras Roberto sudah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu terhuyung. Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah bersimbah darah.
Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah 'buku kecil'.
Adolf Roberto bermaksud memungutnya. Namun tangan sang Ustadz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat.
"Berikan buku itu, hai laki-laki dungu!" bentak Roberto. "Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini!", ucap sang ustadz dengan tatapan menghina pada Roberto.
Tak ada jalan lain, akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu. Sepatu laras berbobot dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak jari-jari tangan sang ustadz yang telah lemah. Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati. Namun tidak demikian bagi Roberto.
Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus. Bahkan 'algojo penjara' itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur.
Setelah tangan renta itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya penasaran. Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh. Mendadak algojo itu termenung.
"Ah ... sepertinya aku pernah mengenal buku ini. Tapi kapan? Ya, aku pernah mengenal buku ini." suara hati Roberto bertanya-tanya. Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu.
Pemuda berumur tiga puluh tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan "aneh" dalam buku itu. Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Spanyol. Akhirnya Roberto duduk di samping sang ustadz yang telah melepas nafas-nafas terakhirnya. Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang dalam.
Mata Roberto rapat terpejam. Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang di alaminya sewaktu masih kanak-kanak.
Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto.
Pemuda itu teringat ketika suatu sore di masa kanak-kanaknya terjadi kericuhan besar di negeri tempat kelahirannya ini.
Sore itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi (lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia).
Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa.
Beribu-ribu jiwa tak berdosa berjatuhan di bumi Andalusia.
Di hujung kiri lapangan, beberapa puluh wanita berhijab (jilbab) digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi.
Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin sore yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara.
Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mau memasuki agama yang dibawa oleh para rahib.
Seorang bocah laki-laki mungil tampan, berumur tujuh tahunan, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap. Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua.
Bocah mungil itu mencucurkan airmatanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan. Perlahan-lahan bocah itu mendekati tubuh sang ummi (ibu) yang sudah tak bernyawa, sembari menggayuti abayanya.
Sang bocah berkata dengan suara parau, "Ummi.. ummi.. mari kita pulang. Hari telah malam. Bukankah ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa ....? Ummi, cepat pulang ke rumah ummi ..."
Bocah kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab ucapannya.
Ia semakin bingung dan takut, tak tahu harus berbuat apa. Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah.
Akhirnya bocah itu berteriak memanggil bapaknya, "Abi ... Abi ... Abi ..." Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapak ketika teringat kemarin sore bapaknya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.
"Hai ... siapa kamu?!" teriak segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati sang bocah. "Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi ..." jawab sang bocah memohon belas kasih. "Hah ... siapa namamu bocah, coba ulangi!" bentak salah seorang dari mereka.
"Saya Ahmad Izzah ..." sang bocah kembali menjawab dengan agak grogi. Tiba-tiba "plak! sebuah tamparan mendarat di pipi sang bocah. "Hai bocah ...! Wajahmu bagus tapi namamu jelek. Aku benci namamu.
Sekarang kuganti namamu dengan nama yang bagus. Namamu sekarang 'Adolf Roberto' ... Awas! Jangan kau sebut lagi namamu yang jelek itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!" ancam laki-laki itu.
Sang bocah meringis ketakutan, sembari tetap meneteskan air mata. Anak laki-laki mungil itu hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar lapangan Inkuisisi.
Akhirnya bocah tampan itu hidup bersama mereka.
Roberto sadar dari renungannya yang panjang. Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan. Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustadz. Ia mencari-cari sesuatu di pusar laki-laki itu. Ketika ia menemukan sebuah 'tanda hitam' ia berteriak histeris, "Abi ... Abi ... Abi ..."
Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu.
Pikirannya terus bergelut dengan masa lalunya. Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci milik bapaknya, yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya.
Ia juga ingat betul ayahnya mempunyai 'tanda hitam' pada bahagian pusar.
Pemuda beringas itu terus meraung dan memeluk erat tubuh renta nan lemah. Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas ulahnya selama ini. Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun alpa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut, "Abi ... aku masih ingat alif, ba, ta, tsa ..." Hanya sebatas kata itu yang masih terekam dalam benaknya.
Sang ustadz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya.
Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat seseorang yang tadi menyiksanya habis-habisan kini tengah memeluknya. "Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuh Abi, tunjukkan aku pada jalan itu ..." Terdengar suara Roberto memelas.
Sang ustadz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, ia lalu memejamkan matanya.
Air matanya pun turut berlinang.
Betapa tidak, jika sekian puluh tahun kemudian, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, ditempat ini. Sungguh tak masuk akal. Ini semata-mata bukti kebesaran Allah.
Sang Abi dengan susah payah masih bisa berucap. "Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy. Belajarlah engkau di negeri itu,"
Setelah selesai berpesan sang ustadz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah indah "Asyhadu an-laa Ilaaha illalloh, wa asyhadu anna Muhammadan Rasullulloh..'.
Beliau pergi menemui Rabbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjuang di bumi yang fana ini.
Kemudian..
Ahmad Izzah mendalami Islam dg sungguh-sungguh hingga akhirnya ia menjadi seorang alim di Mesir. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk Islam, sebagai ganti kekafiran yang di masa muda sempat disandangnya. Banyak pemuda Islam dari berbagai penjuru dunia berguru dengannya. Dialah Al-Ustadz Ahmad Izzah Al-Andalusy.
Benarlah firman Allah..
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah. Itulah agama yang lurus,tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS:30:30)
MasyaAllah
Semoga ini dapat membuat hati kita luluh dengan hidayah Allah yang mudah-mudahan dapat masuk mengenai qolbu kita untuk tetap taat dan tunduk pada perintah Allah, dan Rosul-Nya

Baca Selengkapnya ....

Halal Buat Kami, Haram Buat Tuan

Posted by DIAZ Thursday, April 16, 2015 0 comments

Adalah ulama Abu Abdurrahman Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al Marwazi (ulama

terkenal di Makkah yang menceritakan riwayat
ini)
Suatu ketika, setelah selesai menjalani salah satu ritual haji, ia beristirahat dan tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit. Ia mendengar percakapan mereka.
“Berapa banyak yang datang tahun ini?” tanya malaikat kepada malaikat lainnya.
“Tujuh ratus ribu,” jawab malaikat lainnya.“Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?”
“Tidak satupun”
Percakapan ini membuat Abdullah gemetar.
“Apa?” ia menangis dalam mimpinya. “Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?”
Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar cerita kedua malaikat itu. “Namun ada seseorang, yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah
diampuni. Berkat dia seluruh haji mereka diterima oleh Allah.”
“Kok bisa?”
“Itu Kehendak Allah”
“Siapa orang tersebut?”
“Sa’id bin Muhafah, tukang sol sepatu di kota Damsyiq (damaskus sekarang)”
Mendengar ucapan itu, ulama itu langsung terbangun. Sepulang haji, ia tidak langsung pulang kerumah, tapi langsung menuju kota Damaskus, Siria. Sampai disana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya.
Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namanya Sa’id bin Muhafah.
“Ada, ditepi kota” Jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya. Sesampai disana ulama itu menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh.
“Benarkah anda bernama Sa’id bin Muhafah?” tanya Ulama itu.
“Betul, siapa tuan?”
“Aku Abdullah bin Mubarak.”
Said pun terharu, “bapak adalah ulama terkenal, ada apa mendatangi saya?”
Sejenak Ulama itu kebingungan, dari mana ia memulai pertanyaanya, akhirnya iapun menceritakan perihal mimpinya.
“Saya ingin tahu, adakah sesuatu yang telah anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur?”
“Wah saya sendiri tidak tahu!”
“Coba ceritakan bagaimana kehidupan anda selama ini.” Maka Sa’id bin Muhafah bercerita. “Setiap tahun, setiap musim haji, aku selalu mendengar : Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika. Innal hamda wanni’mata laka wal mulka. Laa syarika laka.
Ya Allah, aku datang karena panggilanMu. Tiada sekutu bagiMu.
Segala ni’mat dan puji adalah kepunyanMu dan kekuasaanMu. Tiada sekutu bagiMu. Setiap kali aku mendengar itu, aku selalu menangis.
Ya Allah aku rindu Mekah. Ya Allah aku rindu melihat ka’bah. Ijinkan aku datang….. ijinkan aku datang ya Allah..
Oleh karena itu, sejak puluhan tahun yang lalu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Akhirnya pada tahun ini, saya punya 350 dirham, cukup untuk saya berhaji.
“Saya sudah siap berhaji.”
“Tapi Anda batal berangkat haji”
“Benar”
“Apa yang terjadi?”
“Istri saya hamil, dan sering ngidam. Waktu saya hendak berangkat saat itu dia ngidam berat”
“Suami ku, engkau mencium bau masakan yang nikmat ini?
“Ya sayang”
“Cobalah kau cari, siapa yang masak sehingga baunya nikmat begini. Mintalah sedikit untukku”
“Ustadz, sayapun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata berasal dari gubug yang hampir runtuh.
Disitu ada seorang janda dan enam anaknya. Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit. Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya
Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan, “tidak boleh tuan.”
“Dijual berapapun akan saya beli”
“Makanan itu tidak dijual, tuan,” katanya sambil berlinang mata.
Akhirnya saya tanya kenapa?
Sambil menangis, janda itu berkata “daging ini halal intuk kami dan haram untuk tuan,” katanya.
Dalam hati saya: Bagaimana ada makanan yang halal untuk dia, tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim? Karena itu saya mendesaknya lagi “Kenapa?”
“Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. Dirumah tidak ada makanan. Hari ini kami melihat keledai mati, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk dimasak. “Bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakannya kami akan mati kelaparan. Namun bagi Tuan, daging ini haram”.
Mendengar ucapan tersebut spontan saya menangis, lalu saya pulang. Saya ceritakan kejadian itu pada istriku, diapun menangis, kami akhirnya memasak makanan dan mendatangi rumah janda itu.
“Ini masakan untuk mu” Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun saya berikan pada mereka.” Pakailah uang ini untuk mu sekeluarga. Gunakan untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi”
Ya Allah……… disinilah Hajiku
Ya Allah……… disinilah Mekahku.
Mendengar cerita tersebut Abdullah bin Mubarak tak bisa menahan air mata.
“Kalau begitu engkau memang patut mendapatkannya”…
Ma Sya Allah...Allahu Akbar..!!

Baca Selengkapnya ....

Menulis di Atas Pasir, Mengukir di Atas Batu

Posted by DIAZ Thursday, March 19, 2015 0 comments
Ada sebuah kisah tentang sepasang suami istri yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar dan suaminya menghardik istrinya dengan sangat keras. Istri yang kena hardik, merasa sakit hati, tapi tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir : HARI INI SUAMIKU MENYAKITI HATIKU.
Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis dimana mereka memutuskan untuk mandi. Si Istri, mencoba berenang namun nyaris tenggelam dan berhasil diselamatkan suaminya. Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya hilang dia menulis di sebuah batu : HARI INI SUAMIKU YG BAIK MENYELAMATKAN NYAWAKU.
Suami bertanya : “Kenapa setelah saya melukai hatimu, kamu menulisnya di atas pasir dan sekarang kamu menulis di atas batu ?”
Istrinya sambil tersenyum menjawab : “Ketika hal buruk terjadi, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan itu dan aku bisa melupakannya…
Dan bila sesuatu yang baik dan luar biasa diperbuat suamiku, aku harus memahatnya di atas batu hatiku, agar tidak bisa hilang tertiup angin waktu dan akan kuingat selamanya.”
Dalam hidup ini sering timbul beda pendapat dan konflik karena sudut pandang yang berbeda. Terkadang malah sangat menyakitkan, oleh karenanya cobalah untuk saling memaafkan dan melupakan masalah yang lalu.

“Belajarlah untuk selalu BISA MENULIS DI ATAS PASIR untuk semua hal yang MENYAKITKAN dan selalu MENGUKIR DI ATAS BATU untuk semua KEBAIKAN ….”

Baca Selengkapnya ....

Tangguhkan Kesenangan Kita untuk Hari Akhir

Posted by DIAZ Sunday, March 15, 2015 0 comments
Dalam kitab Hayatush Shahabah, disebutkan bahwa Hafsh adalah salah seorang kawan dekat Khalifah Umar ibnul Khaththab radhiyallahu anhu yangselalu menolak makan bersama dengan beliau.
Ia mengkritik makanan khalifah yang menurutnya begitu sederhana. Bahkan ia mengatakan bahwa makanan keluarganya jauh lebih baik dari pada makanan Khalifah Umar.
Menanggapi sikap kawannya, Khalifah Umar berkata, “Jika aku mau, aku bisa saja menikmati makanan terbaik dan mengenakan pakaian terindah, aku tidak melakukan itu semua karena aku ingin menyisakan kesenanganku untuk hari akhirat kelak.”
Khalifah yang mulia ini melakukan hal yang demikian karena mencontoh guru dan pemimpinnya yang agung yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Khalifah Umar bertutur, “Aku pernah meminta izin untuk bertemu dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Aku dapatkan beliau sedang berbaring di atas tikar yang sangat kasar, sebagian tubuh beliau yang mulia ada diatas tanah. Beliau hanya berbantalkan pelepah kurma yang keras. Aku ucapkan salam kepadanya dan duduk didekatnya, hingga aku tak sanggup menahan tangisku…”
“Mengapa engkau menangis, wahai putra Al-Khaththab?” tanya Rasul yang mulia.
“Bagaimana aku tidak menangis, tikar ini telah menimbulkan bekas di tubuhmu, engkau adalah Nabi Allah, kekasihNya, sementara kekayaanmu hanya ini yang aku lihat, nun jauh di sana Kisra dan Kaisar duduk di atas alas emas dan berbantalkan sutra”
Nabi berkata, “Mereka telah menyegerakan kesenangannya saat ini juga, kesenangan yang cepat berakhir, kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir kita. Perumpamaanku dengan dunia ini seperti orang yang bepergian atau safar di musim panas, ia berlindung sejenak dibawah pohon kemudian setelah itu berangkat dan meninggalkannya…”
Masya Allah…

Baca Selengkapnya ....

Menjemput rizki

Posted by DIAZ Monday, February 23, 2015 0 comments

Setiap orang bekerja demi mencari nafkah untuk dirinya maupun untuk anggota keluarganya. Bekerja demi mendapatkan harta yang halal merupakan kewajiban bagi setiap muslim agar ia jauh dari sikap meminta-minta dan menggantungkan pada orang lain. Dengan berikhtiar, maka ia telah berupaya untuk menjaga kemuliaannya di hadapan manusia dan meninggikan derajatnya di mata Allah.
Ada sebuah riwayat menarik, beberapa sahabat Rasulullah Saw. melihat seorang pemuda yang begitu giat bekerja. Kemudian mereka pun berkata, “Andai saja ini (giat bekerja) dilakukan untuk jihad di jalan Allah.” Lalu, Rasulullah Saw. berkata kepada para sahabatnya, “Janganlah kamu sekalian berkata begitu. Jika ia bekerja untuk menafkahi anak-anaknya yang masih kecil, maka ia berada di jalan Allah. Jika ia bekerja untuk menafkahi kedua orangtuanya yang sudah tua, maka ia di jalan Allah. Dan, jika ia bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya, maka ia pun di jalan Allah. Namun, jika ia bekerja dalam rangka riya atau berbangga diri, maka ia di jalan syaitan.” (HR. Thabrani)
Demikianlah kemuliaan yang diperoleh orang yang mau berikhtiar. Mereka mau bekerja dengan tangannya sendiri dengan penuh semangat dan keikhlasan semata-mata untuk meraih keridhoan Allah SWT. Mereka tak pernah mengeluh dengan keadaan mereka, apapun yang bisa mereka kerjakan akan dikerjakan selama itu halal.
Alkisah ada sepasang suami-istri yang sudah cukup renta di kota kecil Ponorogo, Jawa Timur. Mereka berprofesi sebagai pembuat “tumbu”. Tumbu adalah wadah yang terbuat dari anyaman bambu, biasanya digunakan sebagai wadah untuk mencuci beras dan untuk wadah lainnya. Mereka berdua setiap hari berjalan dari desa asal mereka yang berjarak sekitar 30 kilometer dari pusat kota, menuju Pasar Songgolangit yang berada di pusat kota. Ya, mereka berjalan kaki hanya untuk menjual tumbu yang telah mereka buat.
Keteguhan hati mereka patut dicontoh. Dengan sabar mereka menjalani pekerjaan yang hasilnya tentu tidak seberapa dibandingkan orang yang bekerja di kantoran. Penghasilan mereka tentu berbanding terbalik dengan orang yang nyaman bekerja di ruangan ber-AC, sedangkan setiap hari mereka harus berjalan bermandikan teriknya matahari dan guyuran hujan ke pasar.
Namun, kembali pada niat untuk mencari nafkah. Ikhtiar harus disempurnakan supaya Allah ridho untuk menurunkan rezeki yang digantungkan dilangit. Ikhtiar harusa sungguh-sungguh supaya Allah keluarkan rezeki yang terkandung dalam perut bumi. Jika ikhtiar yang maksimal telah ditunaikan, maka rezeki adalah sepenuhnya kuasa dari Allah. Semoga kita termasuk orang yang gemar berikhtiar untuk menjemput rezeki dari Allah SWT.

Baca Selengkapnya ....

Maksiat Tapi Kok Doanya Dikabulkan Terus?

Posted by DIAZ Saturday, February 21, 2015 0 comments
Seseorang yang lagi galau, ingin mengeluh ke seorang Ustadz yang terkenal ilmu & imannya. "Pak Ustadz, dimana ini keadilan Allah SWT?.
Udah lama saya terus memohon padaNya namun gak juga dikabulkan. Aku shalat, puasa, bersedekah, berbuat segala kebajikan, tapi gak satupun keinginanku dikabulkan.
Padahal seorang teman yg ibadahnya kacau balau, bicara bikin sakit hati, akhlaknya ancur beneran, tapi apa yang dimintanya terkabul dengan cepat. Kok kayaknya Allah gak adil banget nih Pak Ustadz"
Ustadz: "Hehehe. Pernahkah kamu didatangi pengamen?".
"Ya pernah, tentu saja Pak" kata orang itu serius.
"Coba bayangkan deh, jika pengamen itu serem, tatoan, bertindik, nyanyiannya berisik bikin pengeng telinga, kamu apain tuh orang?"
Orang itu menjawab, "Ya biar baru nyanyi sebentar, cepet2 saya kasih uang supaya dia cepat2 pergi"
"Ok, lalu gimana kalo pengamen itu besuara merdu banget, nyanyinya sopan & penampilannya rapi & wangi. Kamu apain tuh pengamen?"
"Ya aku nikmatin nyanyiannya sampe lagunya selesai, lalu kuminta ia bernyanyi lagi sekali lagi dan tambah lagi..", kata orang itu tertawa.
Naaah, Kalau begitu bisa saja Allah SWT bersikap begitu pada kita para hambaNya.
Kalo ada manusia yang berakhlak buruk dan dibenciNya sedang berdoa dan memohon padaNya, mungkin akan dia firmankan kepada malaikat "Cepat kasih saja apa yang dia minta. Aku muak dengannya"
Tapi kalo yang memohon adalah hamba mukminin sholeh, rajin ibadah, rajin beramal & bersedekah, maka mungkin saja Allah SWT berfirman kepada malaikatNya : "Tunggu. Tunda dulu apa yang dia minta, Aku menyukai doa-doanya, Aku menyukai isak-tangis nya. Aku tak ingin dia menjauh dari Ku setelah mendapat apa yang dia minta. Aku ingin mendengar tangisannya karena Aku sangat menyukainya"
Bukankah disukai Allah SWT adalah tujuan kita HIDUP & tujuan kita MATI?
Selalulah BERSANGKA BAIK pada Allah Azza wa Jalla karena kita sebenarnya tidak pernah betul-betul tahu apa yang terbaik sesungguhnya bagi kita.
Untuk renungan kita semua. Semoga bermanfaat, silahkan SHARE sebanyak-banyaknya smile emoticon

Baca Selengkapnya ....

Kisah Sang Pelaku "Maksiat"

Posted by DIAZ Thursday, February 12, 2015 0 comments
Cerita ini diambil dari buku harian Sultan Murad IV. Di dalam buku hariannya itu diceritakan bahwa suatu malam sang Sultan Murad merasa sangat gelisah dan galau, ia ingin tahu apa penyebabnya.
Maka ia pun memanggil kepala pengawalnya dan mengatakan bahwa ia akan pergi keluar dari istana dengan menyamar sebagai rakyat biasa. Sesuatu yang memang biasa beliau lakukan.
Sultan murad berkata: "Mari kita keluar, kita blusukan melihat keadaan rakyatku".
Mereka ia pun pergi, udara saat itu sangat panas. Tiba-tiba, mereka menemukan seorang laki-laki tergeletak di atas tanah.
Maka Disentuh lelaki itu dan dibangunkan oleh Sultan murad, ternyata lelaki itu telah wafat.
Orang-orang yang lewat di sekitarnya tidak ada yang peduli dengan Keadaan mayat lelaki tersebut.
Maka Sultan murad yang saat itu menyamar sebagai rakyat biasa, Memanggil mereka yang saat itu lewat.
kemudian mereka bertanya kepada sultan: "Ada apa? Apa yang kau inginkan?".
Sultan menjawab: "Mengapa orang ini wafat tapi tidak ada satu pun diantara kalian yang ngurus dan membawa kerumahnya? Siapa dia? Dan dimana keluarganya?"
Mereka berkata: "Orang ini Zindiq, pelaku maksiat, dia selalu minum khamar (mabuk mabukan) dan selalu berzina dengan pelacur".
Sultan menjawab: "Tapi . . bukankah ia juga Umat Rasulullah Muhammad SAW? Ayo angkat dia, kita bawa ke rumahnya".
Maka Mereka mereka pun membawa jenazah laki-laki itu ke rumahnya.
Ketika sampai di rumahnya, saat istri lelaki tersebut mengetahui suaminya telah wafat, ia pun sedih dan menangis. Tapi orang-orang langsung pada pergi semua, hanya sang Sultan dan kepala pengawalnya yang masih tinggal dirumah lelaki itu.
Kemudian Sang Sultan bertanya kepada istri laki-laki itu: "Aku mendengar dari orang-orang disini, mereka berkata bahwa suamimu itu dikenal suka melakukan kemaksiatan ini dan itu, hingga mereka tidak peduli akan kematiannya, benarkah kabar itu".?
Maka Sang istri menjawab: "Awalnya aku menduga seperti itu tuan. Suamiku setiap malam keluar rumah pergi ke toko minuman keras (khamar), kemudian membeli sesuai kemampuannya. Ia bawa khamar itu ke rumah, kemudian membuangnya ke dalam toilet, sambil berkata: "Alhamdulillah Aku telah meringankan dosa kaum muslimin".
Suamiku juga selalu pergi ke tempat pelacuran, memberi mereka uang dan berkata kepada Sipelacur: "Malam ini merupakan jatah waktuku, jadi tutup pintumu sampai pagi, jangan kau terima tamu lain!".
Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku: "Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa pemuda-pemuda Islam".
Tapi, orang-orang yang melihatnya mengira bahwa ia selalu minum minuman keras (khamar) dan melakukan perzinahan. Dan berita ini pun menyebar di masyarakat.
Sampai akhirnya suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku: "Kalau nanti kamu mati, maka tidak akan ada kaum muslimin yang akan memandikan jenazahmu, Dan tidak ada yang akan mensholatimu, tidak ada pula yang akan menguburkanmu".
Ia hanya tertawa, dan menjawab: "Janganlah takut wahai istriku, jika aku mati, aku akan disholati oleh Sultannya kaum muslimin, oleh para Ulama dan para Auliya Allah".
Maka, Sultan Murad pun menangis, dan berkata: "Benar apa yang dikatakannya, Demi Allah, akulah Sultan Murad Itu, dan besok pagi kita akan memandikan suamimu, mensholatinya dan menguburkannya bersama² masyarakat dan para ulama".
Akhirnya jenazah laki-laki itu besoknya dihadiri oleh Sultan Murad, dan para ulama, para syeikh dan juga seluruh warga masyarakat....!!
"Subhanallah"
Terkadang kita suka menilai orang dari apa yang kita lihat dan kita dengar dari omongan orang orang. Andai saja kita mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati seseorang, niscaya pasti kita akan menjaga lisan kita dari membicarakan orang lain...
*******
Sumber. buku harian Sultan Murad IV (Sultan Turki Utsmani, memerintah Sep 1623 - Feb 1640)

Baca Selengkapnya ....

Koin Penyok

Posted by DIAZ Friday, February 6, 2015 0 comments

Seorang lelaki berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Kondisi finansial keluarganya morat-
marit. Saat menyusuri jalanan sepi, kakinya terantuk sesuatu. Ia membungkuk & menggerutu kecewa. "Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok." Meskipun begitu ia membawa koin itu ke bank.
"Sebaiknya koin in dibawa ke kolektor uang kuno", kata teller itu memberi saran. Lelaki itu
membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, koinnya dihargai 30 dollar. Lelaki itu begitu senang. Saat lewat toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu obral. Dia pun membeli kayu seharga 30 dollar untuk membuat rak buat istrinya. Dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang. Di tengah perjalanan dia melewati bengkel pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu bermutu yang dipanggul lelaki itu. Dia menawarkan lemari 100 dollar
untuk menukar kayu itu. Setelah setuju, dia meminjam gerobak untuk membawa pulang lemari itu. Dalam perjalanan dia melewati perumahan. Seorang wanita melihat lemari yang indah itu &
menawarnya 200 dollar. Lelaki itu ragu-ragu. Si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250
dollar. Lelaki itupun setuju. Saat sampai di pintu desa, dia ingin memastikan uangnya. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Tiba-tiba seorang perampok datang, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur. Istrinya kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya dan bertanya, "Apa yang terjadi?
Engkau baik-baik saja kan? Apa yang diambil perampok tadi?"
Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang
kutemukan tadi pagi".

Bila kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang
berlebihan? Sebaliknya, sepatutnya kita bersyukur atas segala yang telah kita miliki, karena ketika datang & pergi kita tidak membawa apa-apa. Menderita karena melekat. Bahagia karena
melepas. Karena demikianlah hakikat sejatinya kehidupan, apa yang sebenarnya yang kita punya dalam hidup ini? Tidak ada, karena bahkan napas kita saja bukan kepunyaan kita dan tidak bisa kita genggam selamanya.

Hidup itu perubahan dan pasti akan berubah. Saat kehilangan sesuatu kembalilah ingat bahwa
sesungguhnya kita tidak punya apa-apa jadi "kehilangan" itu tidaklah nyata dan tidak akan
pernah menyakitkan Kehilangan hanya sebuah tipuan pikiran yang penuh dengan ke"aku"an.
Ke"aku"an lah yang membuat kita menderita. Rumahku, hartaku, istriku, anakku. Lahir tidak
membawa apa-apa, meninggal pun sendiri, tidak ajak apa-apa dan siapa-siapa. Pada waktunya "let it go", siapapun yang bisa melepas, tidak melekat, tidak menggenggam erat maka dia akan bahagia.
Semoga bermanfaat


Baca Selengkapnya ....
Tutorial SEO dan Blog support Cikaha Fashion Store - Original design by Weeldan | Copyright of Blogging Yuuk!!.

Followers