Harga Segelas Air

Posted by DIAZ Friday, June 28, 2013 0 comments
Suatu ketika, Khalifah Harun Al-Rasyid duduk gelisah. Untuk meringankan beban pikirannya, ia mengundang ulama terkemuka pada masanya, Abu As-Sammak.

“Nasihatilah aku,” pinta Khalifah.

Pada saat yang sama, pelayan membawa segelas air untuk Khalifah. Sebelum minum, Abu As-Sammak berkata, “Tunggu sebentar. Seandainya dalam keadaan sangat haus, sedangkan segelas air ini tidak kau peroleh, berapakah harga yang siap kaubayar?"

“Setengah dari kekayaanku,” jawab Khalifah.

Sang ulama pun mempersilakan khalifah minum. Selesai minum, Abu As-Sammak bertanya lagi, “Seandainya air tadi mendesak untuk dikeluarkan, tapi kau tak mampu mengeluarkannya, berapakah yang akan engkau bayarkan agar ia keluar?”

“Setengah dari kekayaanku,” jawab Khalifah.

“Kalau demikian, sadarilah bahwa seluruh kekayaan dan kekuasaan yang ada di sisimu, nilainya hanya segelas air. Tidak wajar diperebutkan dan dipertahankan tanpa hak. Ketahuilah, betapa banyak nikmat Allah SWT selain segelas air itu yang telah engkau nikmati sehingga tidak wajar jika engkau tidak mensyukurinya,” demikian nasihat Abu As-Sammak kepada Harun Al-Rasyid.

Baca Selengkapnya ....

Mengapa Malas Mengucapkan "Aamiin" Setelah Al-Fatihah?

Posted by DIAZ Monday, June 24, 2013 0 comments
Yahudi saja sangat iri dengan adanya ta'min (mengucapkan amin dalam shalat dan do'a) pada kaum Muslimin.Hal ini sebagaimana dijelaskan di dalam suatu hadits,bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ الْيَهُوْدَ قَوْمٌ حَسَدٌ وَ إِنَّهُمْ لاَ يَحْسِدُوْنَنَا عَلَى شَيْءٍ كَمَا يَحْسِدُوْنَنَا عَلَى السَّلاَمِ وَ عَلَى (آمِيْنَ )

"Sesungguhnya yahudi adalah kaum yang penuh hasad dan mereka tidak hasad kepada kami tentang sesuatu yang melebihi hasadnya mereka kepada kita dalam salam dan ucapan Aamiin."

[HR Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya 1/73/2 dan dinilai shahih oleh syaikh Al Albani rahimahullah dalam Silsilatul Ahaditsish Shahi hah 2/312].

KEUTAMAAN MEMBACANYA

1.Menjadi sebab terampuninya dosa apabila ucapan aamiin itu bersamaan dengan aamiinnya para malaikat. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا أَمَّنَ الإِمَامُ فَأَمِّنُوا فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ الْمَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Apabila imam mengucapkan 'aamiin' maka ucapkanlah 'aamiin',karena siapa yang ucapan aamiinnya bersamaan dengan ucapan aamiin para malaikat maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." [HR.Bukhari no. 111 dan Muslim 4/128]

2.Menjadi penyebab terkabulnya do'a,seperti yang dijelaskan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabda Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam :

إِذَا صَلَّيْتُمْ فَأَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ ثُمَّ لْيَؤُمَّكُمْ أَحَدُكُمْ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا قَالَ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ فَقُولُوا آمِينَ. يُجِبْكُمُ اللَّهُ

"Apabila kalian shalat maka luruskanlah shaf (barisan) kalian kemudian hendaknya salah seorang diantara kalian menjadi imam. Apabila imam bertakbir maka kalian bertakbir dan bila imam mengucapkan 'GHAIRIL MAGHDHUUB BI 'ALAIHIM WALAADH-DHAALIIN' maka ucapkanlah: Aamiin,niscaya Allah mengabulkannya." [HR Muslim no. 4/119] Wallahu a'lam

Baca Selengkapnya ....

Sugih Tanpa Bondo

Posted by DIAZ Tuesday, June 18, 2013 0 comments
Ada pepatah Jawa berbunyi sugih tanpa bondo. Saya kurang memahami maksud sebenarnya dari pepatah ini. Sedikit yang saya pahami, tetapi mengalaminya. Saya sering mengatakan, jangan mengandalkan uang. Kasihan sekali orang susah, orang miskin kalau apa-apa harus disinggung masalah uang. Nanti mereka semakin susah.

Penyedia terbaik, ya Allah. Pemberi rizki terbaik, ya Allah. Rumah, apa harus beli? Apa harus menyewa? Apa harus menyicil? Banyak sekali orang yang tidak mengeluarkan uang sama sekali, tetapi mempunyai rumah. Seorang kawan membeli satu buah vila. Kesepakatan harga vila tersebut sekitar Rp 700 juta. Dari awal negosiasi harga kawan saya tersebut dengan penunggu vila.

Ketika penunggu vila itu ditanya sama calon pembeli ini, mana yang mempunyai vila dan ia berkeinginan berbicara serta bernegosiasi harga dengan si empunya vila, si penunggu vila selalu menjawab, “Sama saya saja.” Dia menambahkan, cukup berhubungan dengan dirinya. Karena, semua persoalan telah diserahkan kepada dirinya.

Akhirnya, negosiasi berlangsung antara calon pembeli dengan penunggu vila, bukan pemiliknya. Pada mulanya, kawan yang merupakan calon pembeli itu merasa aneh. Jangan-jangan ini tidak benar. Tapi kenyataannya, surat rumah yang asli dipegang oleh penunggu vila. Hingga akhirnya tercapai kesepakatan harga, yaitu sekitar Rp 700 juta.

Kemudian, datanglah pemilik vila untuk melakukan proses tanda tangan jual beli. Itu pun yang datang adalah anak si pemilik karena pemilik vila ternyata sudah meninggal dunia. Si calon pembeli yang dihinggapi rasa penasaran bertanya kepada anak si pemilik vila berapa sebenarnya harga yang disampaikan pemilik vila.

Anak tersebut menjawab, berapa pun harga yang ditetapkan itu terserah beliau. Beliau yang ia maksud adalah penunggu vila. Lalu, bingunglah calon pembeli ini. Ia bertanya kepada diri sendiri, kok bisa almarhum begitu percaya kepada penunggu vilanya. Anak itu tersenyum, lalu menjelaskan, “Sudah ada wasiat dari almarhum bahwa vila ini diserahkan kepada si penunggu. Ini buat dia.”

Rupanya, almarhum pembeli rumah pertama, kemudian disulap menjadi vila. Almarhum membeli vila tersebut sekitar 25 tahun yang lalu. Menurut penunggu vila, 25 tahun lalu pemilik masih muda. Ia mengatakan pemilik cuma datang sekali. Setelah itu, ia hanya mengutus orang untuk merenovasi total bangunan yang telah dibelinya.

Setelah renovasi selesai, vila itu diserahkan kepada si penunggu. Ia mendapatkan amanat untuk menjaga dan mengurus vila tersebut. Ia diizinkan untuk tinggal bersama istri dan anaknya, waktu itu masih satu, di vila. Sejak saat sampai wafatnya, pemilik vila tak pernah datang lagi. Hanya anak almarhum yang akhirnya datang. Tujuannya untuk menyerahkan vila kepada si penunggu. Subhanallah.

Saya kebetulan mendampingi kawan saya itu dalam proses negosiasi awal. Kami bertemu dengan bapak penunggu vila yang berada di sekitar Salabintana. Mungkin bapak penunggu ini mempunyai amalan yang kita semua tidak mengetahuinya. Ia menempati vila seperti rumah sendiri karena memang ia diminta menjaganya, tak boleh keluar dari sana. Bahkan, bangunan itu direnovasi total. Jumlah kamar ditambah, dibangun aula, mushala, taman, dan fasilitas lainnya.

Setelah itu, pemilik memberikannya ke bapak penunggu vila. Termasuk, surat-surat rumahnya. Hingga kemudian vila tersebut dijual, uangnya tetap menjadi haknya. Dari cerita ini, bagi siapa yang percaya setiap saat harus butuh uang, ia sungguh merugi. Bagi yang percaya bahwa Allah Mahakuasa, sungguh beruntung dia ini. Wallaahu a’lam.

Apa amalan si bapak penunggu ini kala mudanya dulu? Atau, amalan orang tuanya. Dengar-dengar, dulu waktu ia mau membenahi rumahnya sendiri yang akhirnya berubah menjadi vila, uangnya disedekahkan kepada orang yang membutuhkan. Sampai akhirnya, rumahnya dijual, namun tetap saja akhirnya dimilikinya. Masya Allah.

Oleh Ustaz Yusuf Mansur

Baca Selengkapnya ....

Kesabaran

Posted by DIAZ Sunday, June 16, 2013 0 comments
Tidak ada keberanian yang sempurna tanpa kesabaran. Sebab kesabaran adalah nafas yang menentukan lama tidaknya sebuah keberanian bertahan dalam diri seorang pahlawan. Maka dahulu ulama kita mengatakan: "Keberanian itu, sesungguhnya hanyalah kesabaran sesaat."

Risiko adalah pajak keberanian. Dan hanya kesabaran yang dapat menyuplai seorang pemberani dengan kemampuan untuk membayar pajak itu terus-menerus. Dan itulah yang dimaksud Allah swt dalam firman-Nya: "Jika ada di antara kamu dua puluh orang penyabar, niscaya mereka akan mengalahkan dua ratus orang. Dan jika ada di antara kamu seratus orang (penyabar), niscaya mereka akan mengalahkan seribu orang kafir."(QS. 8: 65).

Ada banyak pemberani yang tidak mengakhiri hidup sebagai pemberani. Karena mereka gagal menahan beban resiko. Jadi keberanian adalah aspek ekspansif dari kepahlawanan. Tapi kesabaran adalah aspek defensifnya. Kesabaran adalah daya tahan psikologis yang menentukan sejauh apa kita mampu membawa beban idealisme kepahlawanan, dan sekuat apa kita mampu survive dalam menghadapi tekanan hidup. Mereka yang memiliki sifat ini pastilah berbakat menjadi pemimpin besar. Coba simak firman Allah swt ini: "Dan Kami jadikan di antara mereka sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar dan mereka selalu yakin dengan ayat-ayat Kami." (QS. 32 : 24).

Demikianlah kemudian ayat-ayat kesabaran turun beruntun dalam Qur'an dan dijelaskan dengan detil beserta contoh aplikasinya oleh Rasulullah saw, sampai-sampai Allah menempatkan kesabaran dalam posisi yang paling terhormat ketia Ia mengatakan: "Mintalah pertolongan dengan kesabaran dan sholat. Sesungguhnya urusan ini amatlah berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu'." (QS. 2: 45)

Rahasianya adalah karena kesabaran ibarat wanita yang melahirkan banyak sifat lainnya. Dari kesabaranlah lahir sifat santun. Dari kesabaran pula lahir kelembutan. Bukan hanya itu. Kemampuan menjaga rahasia juga lahir dari rahim kesabaran. Demikian pula berturut-turut lahir kesungguhan, kesinambungan dalam bekerja dan yang mungkin sangat penting adalah ketenangan.

Tapi kesabaran itu pahit. Semua kita tahu begitulah rasanya kesabaran itu. Dan begitulah suatu saat Rasulullah saw mengatakan kepada seorang wanita yang sedang menangisi kematian anaknya: "Sesungguhnya kesabaran itu hanya pada benturan pertama." (Bukhari dan Muslim). Jadi, yang pahit dari kesabaran itu hanya permulaannya. Kesabaran pada benturan pertama menciptakan kekebalan pada benturan selanjutnya. "Mereka memanahku bertubi-tubi, sampai-sampai panah itu hanya menembus panah," kata penyair Arab nomor wahid sepanjang sejarah, Al-Mutanabbi.

Mereka yang memiliki naluri kepahlawan dan keberanian, harus mengambil saham terbesar dari kesabaran. Mereka harus sabar dalam segala hal: dalam ketaatan, meninggalkan maksiat atau menghadapi cobaan. Dan dengan kesabaran tertinggi, "sampai akhirnya kesabaran itu sendiri yang gagal mengejar kesabarannya," kata Imam Ibnul Qayyim.

(Oleh: Anis Matta)

Baca Selengkapnya ....

Renungan...

Posted by DIAZ Saturday, June 15, 2013 0 comments
Satu pohon dapat membuat jutaan batang korek api,

Tapi satu batang korek api juga dapat membakar jutaan pohon.

Jadi, satu pikiran negatif dapat membakar semua pikiran positif.

Korek api mempunyai kepala, tetapi tidak mempunyai otak, oleh karena itu setiap kali ada gesekan kecil, sang korek api langsung terbakar.

Kita mempunyai kepala, dan juga otak, jadi kita tidak perlu terbakar amarah hanyakarena gesekan kecil.

Ketika burung hidup, ia makan semut.

Ketika burung mati, semut makan burung.

Waktu terus berputar sepanjang zaman. Siklus kehidupan terus berlanjut.

Jangan merendahkan siapapun dalam hidup, bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapa diri kita.

Kita mungkin berkuasa tapi WAKTU lebih berkuasa daripada kita.

Waktu kita sedang jaya, kita merasa banyak teman di sekeliling kita.

Waktu kita sakit, kita baru tahu bahwa sehat itu sangat penting, jauh melebihi HARTA.

Ketika kita tua, kita baru tahu kalau masih banyak yang belum dikerjakan.

Dan, setelah di ambang ajal, kita baru tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia.

Hidup tidaklah lama, sudah saatnya kita bersama-sama membuat HIDUP LEBIH BERHARGA.

Saling menghargai, Saling membantu dan memberi, juga saling mendukung.

Jadilah teman perjalanan hidup yg tanpa pamrih dan syarat.

Believe in "Cause and Effect" Apa yang ditabur, itulah yang akan kita tuai ... !!

Baca Selengkapnya ....

Sesal Arun Soal Bohong Kepada Mahatma Gandhi

Posted by DIAZ Thursday, June 6, 2013 0 comments
Suatu hari, Mahatma Gandhi mengajak anaknya Arun Gandhi ke suatu tempat. Mahatma hari ini akan memberikan satu ceramah di daerah yang sangat jauh dari tempat tinggalnya.

Sambil menunggu ayahnya ceramah, Arun membawa mobilnya ke bengkel. Ternyata membetulkan mobil hanya memerlukan waktu sebentar. Untuk menghabiskan waktu menunggu ayahnya yang sedang ceramah, Arun pergi menonton bioskop.

Keasyikan menonton bioskop, Arun lupa harus menjemput ayahnya. Tergopoh-gopong Arun segera ke tempat ayahnya berceramah. Ketika sampai, ayahnya sudah menunggunya.

Entah karena alasan malu atau takut, Arun berbohong bahwa ia menunggu mobil diperbaiki di bengkel.

Namun tanpa sepengetahuannya, ternyata Mahatma menelefon bengkel lebih dahulu, sehingga sang ayah tahu Arun berbohong.

Mahatma tertunduk sedih. Sambil menatap Arun, sang ayah berkata, “Arun, sepertinya ada sesuatu yang salah dengan ayah dalam mendidik dan membesarkan kamu, sehingga kamu tidak punya keberanian untuk berbicara jujur kepada ayah. Untuk menghukum kesalahan ayah ini, biarlah ayah pulang dengan berjalan kaki sambil merenungkan di mana letak kesalahannya.”

Ketika menceritakan kisah tersebut, Arun berkata: “Sungguh saya begitu menyesali perbuatan saya tersebut. Sejak saat itu seumur hidup, saya selalu berkata jujur pada siapapun.”

“Seandainya saja saat itu ayah menghukum saya, mungkin saya akan menderita atas hukuman itu, dan mungkin hanya sedikit saja menyadari kesalahan saya. Tapi dengan tindakan mengevaluasi diri yang dilakukan ayah, meski tanpa kekerasan, justru memiliki kekuatan luar biasa untuk mengubah diri saya sepenuhnya,” sesalnya.

Arun dewasa kemudian menjadi seorang dokter.

Baca Selengkapnya ....
Tutorial SEO dan Blog support Cikaha Fashion Store - Original design by Weeldan | Copyright of Blogging Yuuk!!.

Followers