Sup Batu
Posted by DIAZ
Thursday, January 31, 2013
0
comments
Pada suatu hari, tiga orang bijaksana berjalan melintasi sebuah desa kecil.
Desa itu tampak miskin. Tampak dari sawah-sawah sekitarnya yang sudah
tidak menghasilkan apa-apa lagi. Ya, memang telah terjadi perang di
negeri itu – dan sebagai rakyat jelata – merekalah yang kena dampaknya.
Macetnya distribusi pupuk, bibit, dan kesulitan-kesulitan lain membuat
sawah mereka tidak mampu menghasilkan apa-apa lagi. Cuma beberapa puluh
orang yang masih setia tinggal di desa itu.
Sekonyong-konyong
beberapa orang mengerubuti tiga orang bijaksana itu. Dengan
memijit-mijit tangan dan punggung tiga orang itu, orang-orang desa
memelas dan meminta sedekah, roti, beras, atau apalah yang bisa dimakan.
Satu dari tiga orang bijaksana itu lalu bertanya kepada penduduk desa
itu, “Apakah kalian tidak punya apa-apa, hingga kalian meminta-minta
seperti ini ?”
“Kami tidak memiliki apapun untuk dimakan, hanya batu-batu berserakan itu yang kita miliki.” Jawab salah satu penduduk desa.
“Maukah kalian kuajari untuk membuat sup dari batu-batu itu ?” Tanya orang bijaksana sekali lagi.
Dengan setengah tidak percaya, penduduk itu menjawab, “Mau..”
“Baiklah ikutilah petunjukku.” Orang bijaksana itu menjelaskan,
“Pertama-tama, ambil tiga batu besar itu, lalu cucilah hingga bersih !”
perintah orang bijaksana sambil menunjuk tiga buah batu sebesar kepalan
tangan. Orang-orang pun mengikuti perintahnya.
Sesudah batu itu
dicuci dengan bersih hingga tanpa ada pasir sedikitpun di permukaannya.
Orang bijaksana itu lalu menyuruh penduduk untuk menyiapkan panci yang
paling besar dan menyuruh panci itu untuk diisi dengan air. Ketiga batu
bersih itupun lalu dimasukkan ke dalam panci – dan sesuai dengan
petunjuk orang bijaksana itu – batu-batu itupun mulai direbus.
“Ada yang dari kalian tau bumbu masak ? Batu-batu itu tidak akan enak rasanya jika dimasak tanpa bumbu.” Tanya orang bijaksana.
“Aku tahu !” seru seorang ibu, kemudian ia mengambil sebagian
persediaan bumbu dapurnya, kemudian meraciknya, dan memasukkannya
kedalam panci besar itu.
“Adakah dari kalian yang memiliki
bahan-bahan sup yang lain ?” Tanya orang bijaksana itu. “Sup ini akan
lebih enak jika kalian menambahkan beberapa bahan lain, jangan cuma batu
saja.”
Beberapa penduduk mulai mencari bahan-bahan makanan
lain di sekitar desa. Beberapa waktu kemudian dua orang datang dengan
membawa tiga kantung kentang. “Kami menemukannya di dekat kali, ternyata
ada banyak sekali kentang liar tumbuh disana.” Katanya. Kemudian orang
itu mengupas, mencuci, dan memotong-motong kentang-kentang itu dan
memasukkannya ke dalam panci.
Kurang dari satu menit, seorang
ibu datang dengan membawa buncis dan sawi. “Aku masih punya banyak dari
kebun di belakang halaman rumahku.” Kata ibu itu, lalu ibu itu
meraciknya dan memasukkannya ke dalam panci.
Sesaat, datang
pula seorang bapak dengan tiga ekor kelinci di tangannya. “Aku berhasil
memburu tiga ekor kelinci, kalau ada waktu banyak, mungkin aku bisa
membawa lebih lagi, soalnya aku baru saja menemukan banyak sekali
kawanan kelinci di balik bukit itu.” Dengan bantuan beberapa orang, tiga
kelinci itu pun disembelih dan diolah kemudian dimasukkan ke dalam
panci.
Merasa telah melihat beberapa orang berhasil menyumbang
sesuatu. Penduduk-penduduk yang lain tidak mau kalah, mereka pun mulai
mencari-cari sesuatu yang dapat dimasukkan ke dalam panci sebagai
pelengkap sup batu.
Kurang dari satu jam, beberapa penduduk
mulai membawa kol, buncis, jagung, dan bermacam-macam sayuran lain. Tak
hanya itu, anak-anak juga membawa bermacam-macam buah dari hutan. Mereka
berpikir akan enak sekali jika buah-buah itu bisa dijadikan pencuci
mulut sesudah sup disantap. Ada pula seorang bapak yang membawa susu
dari kambing piaraannya, dan ada pula yang membawa madu dari lebah liar
yang bersarang di beberapa pohon di desa itu.
Beberapa jam
kemudian sup batu itu telah matang. Panci yang sangat besar itu sekarang
telah penuh dengan berbagai sayuran dan siap disantap. Dengan suka
cita, penduduk itu makan bersama dengan lahapnya. Mereka sudah sangat
kenyang, hingga mereka lupa ‘memakan’ batu yang terletak di dasar panci.
Tiga orang bijaksana itu hanya tersenyum melihat tingkah para penduduk
itu. Dan mereka pun sadar, sekarang waktunya mereka untuk meneruskan
perjalanan. Mereka mohon diri untuk meninggalkan desa itu. Sebelum
beranjak pergi, seorang bapak sekonyong-konyong memeluk dan menciumi
ketiga orang itu sambil berkata, “Terima kasih telah mengajari kami
untuk membuat sup dari batu..”
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Sup Batu
Ditulis oleh DIAZ
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://wildanwiltord21.blogspot.com/2013/01/sup-batu.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh DIAZ
Rating Blog 5 dari 5
0 comments:
Post a Comment
Berkomentarlah sebagai pengunjung yang baik. Boleh berkritik, tetapi dengan kata yang baik. Boleh memberi saran, dengan kata-kata yang menyejukkan :-)