Renungan Bila Istri Cerewet
Wednesday, March 27, 2013
0
comments
Adakah istri yang tidak cerewet? Sulit menemukannya. Bahkan istri Khalifah
sekaliber Umar bin Khatab pun cerewet.
Seorang
laki-laki berjalan tergesa-gesa. Menuju kediaman khalifah Umar bin Khatab. Ia
ingin mengadu pada khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu
sampai di depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun. Dari dalam rumah
terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya melebihi istri
yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah katapun terdengar keluhan
dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang
gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya
pada Umar.
Apa yang
membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan, berdiam
diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar
sana, ia selalu tegas pada siapapun?
Umar
berdiam diri karena ingat 5 hal. Istrinya berperan sebagai BP4. Apakah BP4
tersebut?
1. Benteng
Penjaga Api Neraka
Kelemahan
laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya
panah-panah setan berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh elok di
sekitarnya. Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak, membangkitkan
raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya
satu hal; syahwat.
Adalah
sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk
menyemai benih, menuai buah di kemudian hari. Adalah istri tempat ia mengalirkan
berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak diterimanya Ia malah
mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat.
Maka,
ketika Umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan
ingat pada istri, pada penyelamat yang melindunginya dari liukan indah namun
membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan liuka yang sama,
lebih indah malah. Membawanya ke langit biru. Melambungkan raga hingga langit
ketujuh. Lebih dari itu istri yang salihah selalu menjadi penyemangatnya
dalam mencari nafkah.
2.
Pemelihara Rumah
Pagi
hingga sore suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam.
Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan terkadang tak
begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli ini beli
itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga, memelihara. Agar harta
diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak menguap sia-sia Ada
istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam, tanpa bayaran.
Jika suami
menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh cinta, kasih
sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi? Berapa pula ia mau
dibayar. Niscaya sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih telaten daripada
istrinya. Umar ingat betul akan hal itu. Maka tak ada salahnya ia
mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia lelah menjaga harta-harta sang
suami yang semakin hari semakin membebani.
3. Penjaga
Penampilan
Umumnya
laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna
gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan bawahan sering
tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan
pakaianannya, memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di
waktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah
wujud ketelatenan istri. Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas
kecakapannya itu.
4.
Pengasuh Anak-anak
Suami
menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri
bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak
berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar. Kokoh
dan kuat. Jika ada yang salah dengan pertumbuhan sang tunas, pastilah istri
yang disalahkan. Bila tunas membanggakan lebih dulu suami maju ke depan,
mengaku, ?akulah yang membuatnya begitu.? Baik buruknya sang tunas beberapa
tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal
itu.
5.
Penyedia Hidangan
Pulang
kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas di
seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan suami
Cuma tahu ada hidangan: ayam panggang kecap, sayur asam, sambal terasi dan lalapan.
Tak terpikir olehnya harga ayam melambung; tadi bagi istrinya sempat
berdebat, menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu suami memotong sayuran,
mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan
berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan.
Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk
istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik
untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.
Dengan
mengingat lima peran ini, Umar kerap diam setiap istrinya ngomel. Mungkin dia
capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di pundaknya. Istri
telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga
penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk
segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah
buah lelah.
Umar hanya
mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan
kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia
menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar
pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji.
Akankah
suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Umar ini. Ia tak hanya
berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman bagi
keluarganya.
WallahuAlam.
|
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Renungan Bila Istri Cerewet
Ditulis oleh DIAZ
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://wildanwiltord21.blogspot.com/2013/03/renungan-untuk-suami-bila-istri-cerewet.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh DIAZ
Rating Blog 5 dari 5
0 comments:
Post a Comment
Berkomentarlah sebagai pengunjung yang baik. Boleh berkritik, tetapi dengan kata yang baik. Boleh memberi saran, dengan kata-kata yang menyejukkan :-)