Menjemput rizki

Posted by DIAZ Monday, February 23, 2015 0 comments

Setiap orang bekerja demi mencari nafkah untuk dirinya maupun untuk anggota keluarganya. Bekerja demi mendapatkan harta yang halal merupakan kewajiban bagi setiap muslim agar ia jauh dari sikap meminta-minta dan menggantungkan pada orang lain. Dengan berikhtiar, maka ia telah berupaya untuk menjaga kemuliaannya di hadapan manusia dan meninggikan derajatnya di mata Allah.
Ada sebuah riwayat menarik, beberapa sahabat Rasulullah Saw. melihat seorang pemuda yang begitu giat bekerja. Kemudian mereka pun berkata, “Andai saja ini (giat bekerja) dilakukan untuk jihad di jalan Allah.” Lalu, Rasulullah Saw. berkata kepada para sahabatnya, “Janganlah kamu sekalian berkata begitu. Jika ia bekerja untuk menafkahi anak-anaknya yang masih kecil, maka ia berada di jalan Allah. Jika ia bekerja untuk menafkahi kedua orangtuanya yang sudah tua, maka ia di jalan Allah. Dan, jika ia bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya, maka ia pun di jalan Allah. Namun, jika ia bekerja dalam rangka riya atau berbangga diri, maka ia di jalan syaitan.” (HR. Thabrani)
Demikianlah kemuliaan yang diperoleh orang yang mau berikhtiar. Mereka mau bekerja dengan tangannya sendiri dengan penuh semangat dan keikhlasan semata-mata untuk meraih keridhoan Allah SWT. Mereka tak pernah mengeluh dengan keadaan mereka, apapun yang bisa mereka kerjakan akan dikerjakan selama itu halal.
Alkisah ada sepasang suami-istri yang sudah cukup renta di kota kecil Ponorogo, Jawa Timur. Mereka berprofesi sebagai pembuat “tumbu”. Tumbu adalah wadah yang terbuat dari anyaman bambu, biasanya digunakan sebagai wadah untuk mencuci beras dan untuk wadah lainnya. Mereka berdua setiap hari berjalan dari desa asal mereka yang berjarak sekitar 30 kilometer dari pusat kota, menuju Pasar Songgolangit yang berada di pusat kota. Ya, mereka berjalan kaki hanya untuk menjual tumbu yang telah mereka buat.
Keteguhan hati mereka patut dicontoh. Dengan sabar mereka menjalani pekerjaan yang hasilnya tentu tidak seberapa dibandingkan orang yang bekerja di kantoran. Penghasilan mereka tentu berbanding terbalik dengan orang yang nyaman bekerja di ruangan ber-AC, sedangkan setiap hari mereka harus berjalan bermandikan teriknya matahari dan guyuran hujan ke pasar.
Namun, kembali pada niat untuk mencari nafkah. Ikhtiar harus disempurnakan supaya Allah ridho untuk menurunkan rezeki yang digantungkan dilangit. Ikhtiar harusa sungguh-sungguh supaya Allah keluarkan rezeki yang terkandung dalam perut bumi. Jika ikhtiar yang maksimal telah ditunaikan, maka rezeki adalah sepenuhnya kuasa dari Allah. Semoga kita termasuk orang yang gemar berikhtiar untuk menjemput rezeki dari Allah SWT.

Baca Selengkapnya ....

Maksiat Tapi Kok Doanya Dikabulkan Terus?

Posted by DIAZ Saturday, February 21, 2015 0 comments
Seseorang yang lagi galau, ingin mengeluh ke seorang Ustadz yang terkenal ilmu & imannya. "Pak Ustadz, dimana ini keadilan Allah SWT?.
Udah lama saya terus memohon padaNya namun gak juga dikabulkan. Aku shalat, puasa, bersedekah, berbuat segala kebajikan, tapi gak satupun keinginanku dikabulkan.
Padahal seorang teman yg ibadahnya kacau balau, bicara bikin sakit hati, akhlaknya ancur beneran, tapi apa yang dimintanya terkabul dengan cepat. Kok kayaknya Allah gak adil banget nih Pak Ustadz"
Ustadz: "Hehehe. Pernahkah kamu didatangi pengamen?".
"Ya pernah, tentu saja Pak" kata orang itu serius.
"Coba bayangkan deh, jika pengamen itu serem, tatoan, bertindik, nyanyiannya berisik bikin pengeng telinga, kamu apain tuh orang?"
Orang itu menjawab, "Ya biar baru nyanyi sebentar, cepet2 saya kasih uang supaya dia cepat2 pergi"
"Ok, lalu gimana kalo pengamen itu besuara merdu banget, nyanyinya sopan & penampilannya rapi & wangi. Kamu apain tuh pengamen?"
"Ya aku nikmatin nyanyiannya sampe lagunya selesai, lalu kuminta ia bernyanyi lagi sekali lagi dan tambah lagi..", kata orang itu tertawa.
Naaah, Kalau begitu bisa saja Allah SWT bersikap begitu pada kita para hambaNya.
Kalo ada manusia yang berakhlak buruk dan dibenciNya sedang berdoa dan memohon padaNya, mungkin akan dia firmankan kepada malaikat "Cepat kasih saja apa yang dia minta. Aku muak dengannya"
Tapi kalo yang memohon adalah hamba mukminin sholeh, rajin ibadah, rajin beramal & bersedekah, maka mungkin saja Allah SWT berfirman kepada malaikatNya : "Tunggu. Tunda dulu apa yang dia minta, Aku menyukai doa-doanya, Aku menyukai isak-tangis nya. Aku tak ingin dia menjauh dari Ku setelah mendapat apa yang dia minta. Aku ingin mendengar tangisannya karena Aku sangat menyukainya"
Bukankah disukai Allah SWT adalah tujuan kita HIDUP & tujuan kita MATI?
Selalulah BERSANGKA BAIK pada Allah Azza wa Jalla karena kita sebenarnya tidak pernah betul-betul tahu apa yang terbaik sesungguhnya bagi kita.
Untuk renungan kita semua. Semoga bermanfaat, silahkan SHARE sebanyak-banyaknya smile emoticon

Baca Selengkapnya ....

Kisah Sang Pelaku "Maksiat"

Posted by DIAZ Thursday, February 12, 2015 0 comments
Cerita ini diambil dari buku harian Sultan Murad IV. Di dalam buku hariannya itu diceritakan bahwa suatu malam sang Sultan Murad merasa sangat gelisah dan galau, ia ingin tahu apa penyebabnya.
Maka ia pun memanggil kepala pengawalnya dan mengatakan bahwa ia akan pergi keluar dari istana dengan menyamar sebagai rakyat biasa. Sesuatu yang memang biasa beliau lakukan.
Sultan murad berkata: "Mari kita keluar, kita blusukan melihat keadaan rakyatku".
Mereka ia pun pergi, udara saat itu sangat panas. Tiba-tiba, mereka menemukan seorang laki-laki tergeletak di atas tanah.
Maka Disentuh lelaki itu dan dibangunkan oleh Sultan murad, ternyata lelaki itu telah wafat.
Orang-orang yang lewat di sekitarnya tidak ada yang peduli dengan Keadaan mayat lelaki tersebut.
Maka Sultan murad yang saat itu menyamar sebagai rakyat biasa, Memanggil mereka yang saat itu lewat.
kemudian mereka bertanya kepada sultan: "Ada apa? Apa yang kau inginkan?".
Sultan menjawab: "Mengapa orang ini wafat tapi tidak ada satu pun diantara kalian yang ngurus dan membawa kerumahnya? Siapa dia? Dan dimana keluarganya?"
Mereka berkata: "Orang ini Zindiq, pelaku maksiat, dia selalu minum khamar (mabuk mabukan) dan selalu berzina dengan pelacur".
Sultan menjawab: "Tapi . . bukankah ia juga Umat Rasulullah Muhammad SAW? Ayo angkat dia, kita bawa ke rumahnya".
Maka Mereka mereka pun membawa jenazah laki-laki itu ke rumahnya.
Ketika sampai di rumahnya, saat istri lelaki tersebut mengetahui suaminya telah wafat, ia pun sedih dan menangis. Tapi orang-orang langsung pada pergi semua, hanya sang Sultan dan kepala pengawalnya yang masih tinggal dirumah lelaki itu.
Kemudian Sang Sultan bertanya kepada istri laki-laki itu: "Aku mendengar dari orang-orang disini, mereka berkata bahwa suamimu itu dikenal suka melakukan kemaksiatan ini dan itu, hingga mereka tidak peduli akan kematiannya, benarkah kabar itu".?
Maka Sang istri menjawab: "Awalnya aku menduga seperti itu tuan. Suamiku setiap malam keluar rumah pergi ke toko minuman keras (khamar), kemudian membeli sesuai kemampuannya. Ia bawa khamar itu ke rumah, kemudian membuangnya ke dalam toilet, sambil berkata: "Alhamdulillah Aku telah meringankan dosa kaum muslimin".
Suamiku juga selalu pergi ke tempat pelacuran, memberi mereka uang dan berkata kepada Sipelacur: "Malam ini merupakan jatah waktuku, jadi tutup pintumu sampai pagi, jangan kau terima tamu lain!".
Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku: "Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa pemuda-pemuda Islam".
Tapi, orang-orang yang melihatnya mengira bahwa ia selalu minum minuman keras (khamar) dan melakukan perzinahan. Dan berita ini pun menyebar di masyarakat.
Sampai akhirnya suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku: "Kalau nanti kamu mati, maka tidak akan ada kaum muslimin yang akan memandikan jenazahmu, Dan tidak ada yang akan mensholatimu, tidak ada pula yang akan menguburkanmu".
Ia hanya tertawa, dan menjawab: "Janganlah takut wahai istriku, jika aku mati, aku akan disholati oleh Sultannya kaum muslimin, oleh para Ulama dan para Auliya Allah".
Maka, Sultan Murad pun menangis, dan berkata: "Benar apa yang dikatakannya, Demi Allah, akulah Sultan Murad Itu, dan besok pagi kita akan memandikan suamimu, mensholatinya dan menguburkannya bersama² masyarakat dan para ulama".
Akhirnya jenazah laki-laki itu besoknya dihadiri oleh Sultan Murad, dan para ulama, para syeikh dan juga seluruh warga masyarakat....!!
"Subhanallah"
Terkadang kita suka menilai orang dari apa yang kita lihat dan kita dengar dari omongan orang orang. Andai saja kita mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati seseorang, niscaya pasti kita akan menjaga lisan kita dari membicarakan orang lain...
*******
Sumber. buku harian Sultan Murad IV (Sultan Turki Utsmani, memerintah Sep 1623 - Feb 1640)

Baca Selengkapnya ....

Koin Penyok

Posted by DIAZ Friday, February 6, 2015 0 comments

Seorang lelaki berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Kondisi finansial keluarganya morat-
marit. Saat menyusuri jalanan sepi, kakinya terantuk sesuatu. Ia membungkuk & menggerutu kecewa. "Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok." Meskipun begitu ia membawa koin itu ke bank.
"Sebaiknya koin in dibawa ke kolektor uang kuno", kata teller itu memberi saran. Lelaki itu
membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, koinnya dihargai 30 dollar. Lelaki itu begitu senang. Saat lewat toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu obral. Dia pun membeli kayu seharga 30 dollar untuk membuat rak buat istrinya. Dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang. Di tengah perjalanan dia melewati bengkel pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu bermutu yang dipanggul lelaki itu. Dia menawarkan lemari 100 dollar
untuk menukar kayu itu. Setelah setuju, dia meminjam gerobak untuk membawa pulang lemari itu. Dalam perjalanan dia melewati perumahan. Seorang wanita melihat lemari yang indah itu &
menawarnya 200 dollar. Lelaki itu ragu-ragu. Si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250
dollar. Lelaki itupun setuju. Saat sampai di pintu desa, dia ingin memastikan uangnya. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Tiba-tiba seorang perampok datang, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur. Istrinya kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya dan bertanya, "Apa yang terjadi?
Engkau baik-baik saja kan? Apa yang diambil perampok tadi?"
Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang
kutemukan tadi pagi".

Bila kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang
berlebihan? Sebaliknya, sepatutnya kita bersyukur atas segala yang telah kita miliki, karena ketika datang & pergi kita tidak membawa apa-apa. Menderita karena melekat. Bahagia karena
melepas. Karena demikianlah hakikat sejatinya kehidupan, apa yang sebenarnya yang kita punya dalam hidup ini? Tidak ada, karena bahkan napas kita saja bukan kepunyaan kita dan tidak bisa kita genggam selamanya.

Hidup itu perubahan dan pasti akan berubah. Saat kehilangan sesuatu kembalilah ingat bahwa
sesungguhnya kita tidak punya apa-apa jadi "kehilangan" itu tidaklah nyata dan tidak akan
pernah menyakitkan Kehilangan hanya sebuah tipuan pikiran yang penuh dengan ke"aku"an.
Ke"aku"an lah yang membuat kita menderita. Rumahku, hartaku, istriku, anakku. Lahir tidak
membawa apa-apa, meninggal pun sendiri, tidak ajak apa-apa dan siapa-siapa. Pada waktunya "let it go", siapapun yang bisa melepas, tidak melekat, tidak menggenggam erat maka dia akan bahagia.
Semoga bermanfaat


Baca Selengkapnya ....
Tutorial SEO dan Blog support Cikaha Fashion Store - Original design by Weeldan | Copyright of Blogging Yuuk!!.

Followers